ppiistanbul.com- 09/04/2020, 10.00 (GMT+3)
penulis: Muhammad Al-Fayed| editor: Hamdy
ISTANBUL, PPIISTANBUL.COM – . Kamis (09/04) Bulan Januari 2020, seluruh dunia digemparkan dengan kabar duka yang datang Negara Cina. Puluhan ribu orang telah terinfeksi oleh wabah virus korona atau biasa disebut COVID-19. Wabah ini pertama kali terjadi di provinsi Wuhan, Cina pada November 2019 dan merupakan jenis wabah yang baru dengan virus yang sangat mematikan.
Lebih parahnya lagi, para tenaga medis kesulitan untuk menangani para pasien terjangkit karena belum adanya obat atau vaksin untuk menyembuhkan penyakit wabah tersebut dan juga penyakit tersebut merupakan penyakit yang mudah menyebar dari manusia ke manusia lain tanpa terduga.
foto doktor di China sedang bekerja dalam menangani khasus korona virus
Berita tentang wabah penyakit COVID-19 yang terjadi di Cina menuai berbagai macam reaksi dari berbagai penjuru dunia, banyak warganet yang menyatakan bela sungkawa kepada orang-orang di Cina dan memberi semangat terhadap mereka untuk melawan virus tersebut tapi banyak pula yang tidak memgasihani mereka bahkan menjudge mereka karena berbagai macam masalah sociopolitik Negara Cina dan latar belakang lainnya.
Dua bulan setelah wabah COVID-19 ini viral di berbagai penjuru dunia dan telah menyebar ke hampir semua Negara di seluruh dunia, akhirnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah ini sebagai Pandemy Global tepatnya pada tanggal 11 Maret. Karena virus ini sudah menginfeksi setidaknya 100.000 orang di seluruh dunia, maka WHO mengimbau kepada pemerintah setiap Negara untuk menyatakan status waspada terhadap wabah ini.
Seiring waktu mulai banyak kasus orang terinfeksi COVID-19 di seluruh dunia tanpa pandang bulu baik tua maupun muda. Oleh sebabitu pengawasan imigrasi diperketat hingga kebijakan “lockdown” mulai diberlakukan dimana-mana. Akibat dari wabah ini tidak hanya membuat milyaran umat manusia ketakutan, bahkan semua Negara kesulitan dalam menangani wabah ini.
Pengumuman dari WHO ini diikuti dengan perubahan signifikan di dunia ini yang melumpuhkan pergerakan jutaan umat manusia serta ekonomi semua Negara di dunia ini. Keterpurukan ekonomi pun terjadi dimana-mana dan milayaran umat manusia terpaksa harus mengarantina diri mereka di rumah masing-masing demi menjaga diri mereka dan meminimalisir penyebaran virus ini.
foto seseorang yang tengah menjalani test covid-19
Sekolah, universitas, kantor dan berbagai jenis usaha terpaksa harus ditutup untuk sementara waktu atau dialihkan menjadi online. PHK juga terjadi dimana-mana, jutaan orang terpaksa harus mengurung diri di rumah dan kehilangan mata pencahariannya.
Setelah semua kelumpuhan pergerakan ini, kehidupan manusia di dunia ini pun berubah drastis dan tidak ada yang tahu sampai kapan ini semua harus terjadi. Di sisi lain, banyak orang yang mengambil pelajaran baru dari adanya wabah ini. Mereka menjadi lebih produktif dan berusaha mencari jalan baru untuk tetap bertahan hidup di tengah di situasi yang sangat sulit ini.
Lalu bagaimana dengan teman-teman mahasiswa asal Indonesia di Istanbul, Turki?
Semua kegiatan dan keseharian para mahasiswa di Turki normal-normal saja hingga pada akhirnya pemerintah Turki mengumumkan libur sepanjang 3 minggu bagi semua mahasiswa di Turki terhitung sejak tanggal 16 Maret. Pada hari pertama libur ini, kita dikagetkan dengan kabar adanya 18 kasus positif COVID-19 di Turki.
foto jalanan kota Istanbul yang kosong semenjak wabah covid-19
Keadaan pun menjadi lebih buruk pada hari kelima liburan, kasus positif COVID-19 bertambah berkali-kali lipat sehingga menjadi 359 kasus. Akhirnya pemerintah Turki berpikir untuk memperpanjang liburan dan mengalihkan seluruh program perkuliahan menjadi online.
Di hari pertama perkuliahan online dimulai, kabar duka pun menyelimuti Negara Turki dengan jumlah 1.236 kasus positif COVID-19 dan 30 orang di antaranya meninggal dunia. Pemerintah Turki tidak memberi informasi tentang dimana tepat kasus-kasus tersebut berada tetapi banyak yang meyakini bahwa kebanyakan dari kasus-kasus itu terjadi di Istanbul karena Istanbul merupakan kota dengan penduduk terpadat di Turki dan dipenuhi dengan banyak orang asing.
Di samping itu, perasaan & sikap bahkan perilaku rasisme pun tak bisa terhindarkan oleh sejumlah penduduk lokal Turki kepada orang-orang asing di Istanbul, khususnya orang-orang asing dengan wajah khas Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea, Thailand, Malaysia, Indonesia & Filipina. Mereka berpikir bahwasanya orang-orang asing, khususnya yang berasal dari Asia Timur adalah penyebab utama menyebarnya COVID-19 atau virus korona di Negara mereka.
Setiap kali mereka bertemu orang-orang asing apalagi yang berwajah Asia Timur, mereka mencoba untuk mengolok-olok dengan istilah “korona”, mencemooh, membicarakan, memandang dengan sinis, menghindar, bahkan berperilaku kasar terhadap orang asing tersebut. Hal ini mereka lakukan terhadap orang-orang dengan ras tertentu tanpa berpikir dengan bijaksana.
Akan tetapi, hal tersebut tidak mematahkan semangat kami untuk tetap menghargai setiap orang yang ada di seluruh penjuru kota ini. Kami juga selalu berkomunikasi satu sama lain dan saling menguatkan melaui grup WhatsApp “Keluarga PPI Istanbul”.Kami saling mensupport satu lain untuk tetap semangat menempuh pendidikan di kota 2 benua ini.
foto fenomena panic buying di suatu super market
Panic Buying atau belanja dalam jumlah besar-besaran mungkin telah menjadi isu hangat di beberapa Negara di tengah-tengah wabah korona yang melanda dunia ini. Tapi untungnya di Turki, Istanbul khusunya, hal tersebut tidak terjadi begitu masif sehingga kami para mahasiswa tidak perlu khawatir kehabisan stok bahan pokok ataupun makanan. Pemerintah Turki juga selalu memerhatikan stok bahan pokok yang beredar di pasaran masyarakat agar selalu dalam keadaan memadai.
Walaupun kondisi kota yang mewajibkan kami untuk mengarantina diri di dalam rumah saja dan tidak kemana-mana, kami tidak berhenti untuk berkreasi dan menjadi produktif. Kegiatan kepengurusan PPI Istanbul tetap berjalan normal dengan menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada, teman-teman mahasiswa asal Indonesia di Istanbul pada berlomba-lomba menata apartemen mereka menjadi lebih baik & belajar membuat berbagai macam masakan khas nusantara, juga teman-teman di sini tidak sedikit yang memulai berkarya melalui tulisan, video, desain grafis & podcast.
Di hari ke-11 liburan ini berjalan, pemerintah Turki mengumumkan secara resmi untuk meniadakan program pendidikan perkuliahan di Turki sepanjang semester spring (musim semi) ini sampai musim gugur tahun ini. Semua program pendidikan akan dilanjutkan melalui platform kuliah jarak jauh universitas masing-masing. Keadaan semakin parah dengan meningkatnya jumlah kasus positif korona menjadi 3.629 kasus dengan 75 orang meninggal dunia dan belum ada sama sekali yang sembuh dari wabah ini.
Tak sedikit dari kami yang berpikir untuk balik ke Indonesia dan melanjutkan belajar di kampung halaman masing-masing. Tapi dengan keadaan yang seperti ini, kita tidak bisa untuk balik ke Indonesia. Penerbangan internasional banyak yang dibatalkan, tak terkecuali penerbangan ke Indonesia walaupun itu penerbangan langsung. Alhasil, keadaan mengharuskan kita untuk tetap bertahan di sini, menjaga & menguatkan satu sama lain serta berdoa agar wabah ini cepat selesai dan semua keadaan kembali menjadi normal seperti semula.
Sampai saat ini per-tanggal 26 Maret, Alhamdulillah semua mahasiswa asal Indonesia di Istanbul yang berjumlah sekitar 400 orang dalam keadaan sehat dan tidak ada yang terkonfirmasi terjangkit virus korona atau COVID-19. Kami menghabiskan hari-hari kami di sini dengan belajar materi kuliah, mengerjakan tugas-tugas kuliah, membersihkan apartemen sesering mungkin, dan kadang juga bermain game untuk menghibur diri dari perasaan penat & stress di tengah masa-masa karantina ini.
Sekian surat kabar dari Wuhan hingga Istanbul. Tetap semangat dan jaga pola hidup sehat dan jangan lupa pakai masker kalau keluar rumah dan sering-sering cuci tangan! Salam Perhimpunan dan Sampai Jumpa.